HOT...!!!

abg

Nikmatnya sodokan kontol bapak kost

Suatu malam, aku diajak nyabu oleh temenku, Arman, di kamarku. Setelah nyabu, ya apalagi kalo gak Arman nge ntotin aku. Pak Ardi tau akan aktivitas ini, dia lebih menekankan nyabunya katimbang Arman nge ntotin aku, "Nes, nyabu itu tindakan terlarang. Bapak bisa laporkan hal ini ke ortu kamu". Memang ketika pertama
kali masuk kos ini, pak Arman mencatat semua data diri dan keluargaku. "Apalagi kalo yang berwajib tau, kamu bisa digelandang ke kantor polisi". "Janganlah pak, Ines baru sekali ngerasain nyabu, nyaman banget deh pak. Janji deh gak akan nyabu di kamar kos lagi", kataku merayu. "Kalo
k ontol Arman, sudah sering ngerasain ya Nes, bapak juga pengen ngerasain n onok Ines", katanya to the point. "Mau ya Nes, imbalannya bapak tidak laporkan peristiwa nyabu kesiapa2, dan kamu bebas uang kos sebulan deh". "Ih bapak genit", jawabku sambil tersenyum. Daripada disampekan ke ortu, apalagi dilaporkan ke polisi, urusan jadi sangat runyam, mending juga aku ladenin aja napsu pak Ardi, lagian pak Ardi masuk dalam tipe lelaki kesukaanku. Mudahan aja k ontolnya gede
dan bisa membuat aku terkapar, lemes tapi nikmat.

Malemnya, ketika kos sudah sepi, ada ketukan halus di pintu kamarku, "Nes", terdengar panggilan berbisik. Aku membuka pintu kamar dan pak Ardi langsung masuk dan mengunci pintu kamarku. Kamarku letaknya agak berjauhan dengan kamar kos yang lain, sehingga ada privasi juga buatku. "Gimana Nes, malem ini bapak tidur disini ya", katanya sambil tersenyum. Aku diam saja dan duduk
di ranjang. Dia duduk disebelahku, tangannya mulai ngelus toketku dari luar dasterku, "kamu gak pake bra ya Nes, sudah siap ya". "Ih, bapak nakal deh tangannya," kataku sambil merengut manja.Aku pura-pura menjauh. Dia memegang tanganku dan tiba2 diletakkannya diselangkangannya, terasa k ontolnya sudah keras. "Ih, bapak jangan begitu dong," kataku manja. Dia tidak tahan lagi. Tubuhku direbahkan di atas ranjang. Bibirku dilumat, sementara punggungku diremas. Aku mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman bibirnya yang diselingi dengan permainan lidahnya. Beberapa saat kemudian ciumannya berpindah ke leherku. Sambil menyedot kulit leherku
dengan hidungnya, tangannya pindah ke toketku yang tidak dilindungi bra. Diremas dan pentilnya ditekan dan dipelintir dengan jari. Pentilku terasa mengeras. "Pak buka baju saja pak," rintihku. Tanpa menunggu persetujuannya, aku membuka ikat pinggang dan ritsleteng celananya. Dia mengimbangi, dasterku dilepas. Dia terpana melihat tubuhku yang sekarang hanya ditutupi cd minim yang tipis warna pink. Di daerah bawah perutku, cdku itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembutku yang lebat, beberapa helai jembutku tampak keluar dan cdku. Toketku
dihiasi dengan pentil berwarna pink kecoklatan yang mengeras, puncak bukit toketku disekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit toketku. Celana panjangnya yang sudah kulepas. Menyusul. kemeja dan kaos singlet. Kini kita sama2 cuma tertutup cd. Aku memandangi dadanya yang bidang. Kemudian kearah k ontolnya yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik cdnya. Perlahan dia mendekati badanku yang sudah terbaring pasrah.
Dipeluknya tubuhku sambil mengulum kembali bibirku. Aku pun mengimbanginya. Kupeluk lehernya sambil membalas kuluman nya. Toket dan pentilku yang mengeras menekan dadanya. Kita saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas punggung dengan penuh nafsu. Ciumannya berpindah ke leherku. Aku mendongakkan daguku agar dia dapat menciumi leherku. Kini wajahnya bergerak ke arah toketku. Aku tadi sengaja memakai parfum di sekujur toketku biar lebih merangsang. Dia menghirup kuat-kuat lembah kedua bukit toketku. Kemudian wajahnya digesek-gesekkan di kedua bukit toketku secara bergantian, sambil menghirup keharuman toketku. Puncak bukit toket kanan pun dilahap dengan mulutnya. Disedotnya kuat-kuat toketku sehingga daging yang masuk ke dalam mulutnya menjadi sebesar-besarnya. Aku menggelinjang, "Pak.. ngilu..", rintihku. Gelinjang dan rintihanku semakin membangkitkan napsunya. Diremasnya bukit
toket sebelah kiri dengan gemasnya, sementara pentil toket kanan dimainkan dengan ujung lidahnya. Pentilku kadang digencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak disedotnya kembali toket kananku kuat-kuat. Jarinya menekan dan memelintir pentil toket kiriku. Aku semakin menggelinjang sambil mendesah, "aduh pak.. ssshh.. ngilu pak.. ssshhh..geli," cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dari mulutku. Dia tidak puas dengan hanya menggeluti toket kananku. Kini mulutnya berganti menggeluti toket kiri. Tangannya meremas
toket kanan kuat-kuat. Kalau toket kiri disedot kuat-kuat, tangannya memijit dan memelintir pentil toket kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahnya menekan pentil toket kiri, tangannya meremas toket kanan dengan sekuat-kuatnya. "Pak.. bapak nakal...ssshhh.. ngilu pak, geli..", aku tidak hentinya menggelinjang dan mendesah manja.

Setelah puas dengan toket, pak Ardi meneruskan permainan lidah ke arah perutku. Mulutnya berhenti di daerah pusar. Sementara kedua telapak tangannya menyusup ke belakang dan meremas pantatku. Kedua tangannya menyelip ke dalam cdku. Perlahan2 cdku dipelorotkan ke bawah. Aku sedikit mengangkat pantatku untuk memberi kemudahan cdku dilepas. Dan dengan sekali sentakan kaki, cdku sudah terlempar ke bawah. Dia memandangi jembutku lebat yang mengitari bibir n onokku yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi perut di sekitar pusarku, tangannya mengelus pahaku. Elusannya pun ke arah dalam dan merangkak naik.
Sampailah jarinya di tepi kiri-kanan bibir luar n onokku. Tangannya pun mengelus n onokku dengan dua jarinya bergerak dari bawah ke atas. Dengan mata terpejam, aku berinisiatif meremas toketku sendiri. Aku sangat menikmati permainan ini. Perlahan disibak nya bibir n onokku dengan ibu jari dan telunjuk mengarah ke atas sampai i tilku menongol keluar. Wajahnya bergerak ke n onokku, sementara tangannya kembali memegangi toketku. Dijilatinya i til ku perlahan-lahan sambil satu tangannya mempermainkan pentil toketku. "Au pak.. shhhhh.. betul di situ pak.. enak pak..shhhh..," aku mendesah sambil merem-melek. Alisku bergerak ke atas - bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mataku. Keningku pun berkerut pertanda aku sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi. Dia meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan panjang dari lubang pantat sampai ke i tilku. Karena gerakannya, ujung hidungnya pun menyentuh n onokku. Terasa benar dinding n onokku mulai basah. Bahkan sebagian cairan n onokku mulai mengalir hingga mencapai lubang pantatku. Sesekali pinggulku bergetar. Di saat bergetar itu pinggulku
diremas kuat-kuat sambil ujung hidungnya kutusukkan ke lobang n onokku. "Paak.. enak sekali pak..," aku mengerang dengan kerasnya. Dia segera memfokuskan jilatan lidah serta tusukan ujung hidung di n onokku. Semakin lama n onokku semakin basah saja. Dua jari tangannya lalu dimasukkan ke lobang n onokku. Setelah masuk hampir semuanya, jarinya dibengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena "G-spot"-ku. Dan berhasil! "Auwww.. pak..!" jeritku sambil menyentakkan pantat ke atas. Sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam n onokku terlepas. Perut bawahku yang ditumbuhi jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahnya. Dia segera memasukkan kembali dua jarinya ke dalam n onokku dan
melakukan gerakan yang sama. Kali ini dia mengimbangi gerakan jarinya dengan permainan lidah di i tilku. i tilku tampak semakin menonjol sehingga gampang baginya untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika i tilku digelitiki dengan lidah serta diisap-isap perlahan, aku semakin keras merintih-rintih. Pinggulku menggial ke kiri-kanan. "Pak..," hanya kata-kata itu yang dapat kuucapkan karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.Permainan jari dan lidahnya di n onokku semakin bertambah ganas. Aku sambil mengerang dan menggeliat meremas apa saja yang dapat
kuraih. Meremas rambutnya, meremas bahunya, dan meremas toketku sendiri. "Pak.. Ines sudah tidak tahan lagi. Masukin k ontolnya pak. Ohhh.. sekarang juga pak..! Sshhh. . . ," erangku sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhku. Namun dia tidak perduli. Dia sengaja untuk mempermainkan aku terlebih dahulu. Dia mau membuat aku nyampe sementara dia masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahnya dijauhkan dari n onokku. Kemudian kocokan dua jari tangannya di dalam n onokku semakin dipercepat. Gerakan jari tangannya yang di dalam n onokku
ke atas-bawah, sampai terasa ujung jarinya menghentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jarinya mengusap dan menghentak i tilku. Gerakan jari tangannya di n onokku yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk.. Aku memekik kecil "Ah-ah-ah-ah-ah.." Sementara dia semakin memperdahsyat kocokan jarinya , sambil memandangi wajahku. Aku merem-melek keenakan, keningku berkerut-kerut. Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dari kocokan jarinya di n onokku semakin terdengar keras. Dia mempertahankan
kocokan tersebut. Dua menit sudah aku mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang makin membangkitkan nafsunya. Toketku semakin kencang dan licin, sedang pentilku tampak berdiri dengan tegangnya. Sampai akhirnya tubuhku mengejang hebat. Pantatku terangkat tinggi-tinggi. Mataku membeliak-beliak. Dan aku menjerit hebat, "Paaak..!" Dua jarinya yang tertanam di dalam n onokku dijepit oleh dinding n onokku dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jarinya dalam n onokku, terpancarlah semprotan cairan n onokku dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tangannya. Beberapa detik kemudian aku terbaring lemas di atas ranjang. Mataku memejam rapat. Aku baru saja nyampe dengan begitu hebat. Kocokan jari tangannya di n onokku pun dihentikan. Dibiarkannya jari tertanam dalam n onokku sampai jepitan dinding n onokku terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan dicabut dan n onokku. Cairan n onok yang terkumpul di telapak tangannya dibersihkan dengan kertas tissue.

Ketegangan k ontolnya belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjangku yang terbaring diam di hadapannya seolah menantang dirinya untuk membuktikan kejantanannya. Pak Ardi pun mulai menindih kembali tubuhku, sehingga k ontolnya yang masih di dalam cd tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Bibirnya mengulum kembali bibir ku, sambil tangannya meremas toket dan mempermainkan pentilnya. Aku kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirnya. Tubuhku kembali menggelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di toketku. Setelah puas melumat bibir, wajahnya pun menyusuri leherku hingga akhirnya mencapai belahan toketku. Wajahnya kemudian menggeluti belahan toketku, sementara kedua tangannya meremas kedua belah toketku. Digesekkannya wajahnya memutar di belahan toketku. Kemudian bibirnya bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Diciuminya bukit toketku, dan dimasukkannya pentil nya dalam mulutnya. Kini dia menyedot pentil toket kiriku. Dimainkan pentilku di dalam mulutnya itu dengan lidah. Sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. "Ah.. ah.. pak.. geli," aku mendesiss sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya. Tangannya meremas toket kananku. Kadang remasan diperkuat dan diperkecil menuju puncak bukitnya, dan diakhiri dengan tekanann kecil jari telunjuk dan ibu jarinya pada pentilku. "Pak.. hhh.. geli.. enak.. ngilu.." Dia semakin gemas. Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang disedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya pentilnya dan
dicepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang diremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit dan dipelintir kecil pentilku di puncaknya. "Ah.. pak.. terus pak.. hzzz..ngilu.." Aku mendesis keenakan. Napsuku sudah kembali tinggi. Mataku kadang terbeliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kini semakin sering frekuensinya.

Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan-serangan keduaku. Aku dengan gerakan cepat memelorotkan cdnya hingga turun ke paha. Pak Ardi memaklumi maksudku, segera dilepasnya cdnya. Aku segera menangkap k ontolnya yang sudah ngaceng. Sejenak aku terkejut. "Edan.. pak, k ontol bapak besar sekali.. k ontol cowok-cowok Ines dahulu tidak sampai sebesar ini," ucapku terkagum-kagum. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tangannya yang terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketku, aku meremas-remas perlahan k ontolnya secara berirama. Bibirku yang pink kemudian melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia pun tidak mau mengalah. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu yang menggelora. Kupeluk punggungnya dan kuremas dengan gemasnya.

Kemudian dia menindih tubuhku. k ontolnya terjepit di antara pangkal pahaku dan perut bawahnya sendiri. Bibirnya kemudian melepaskan bibirku. Kecupan bibirnya pun turun. Dikecupnya daguku. Dikecupnya leherku yang memancarkan bau wangi parfum yang kupakai. Diciumi dan digelutinya leherku dengan wajahnya, sementara pantatnya mulai bergerak aktif sehingga k ontolnya menekan dan menggesek pahaku. Puas menggeluti leher, wajahnya pun turun ke toket ku. Dengan gemas dan ganasnya dia membenamkan wajahnya ke belahan dadaku, sementara kedua tangannya meraup kedua belah toketku dan menekannya ke arah wajahnya. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadaku, wajahnya kini menggesek memutar sehingga kedua gunung toketku tertekan oleh wajahnya secara bergantian. Kemudian bibirnya meraup puncak bukit toket kiri ku. Daerah toket yang kecoklatan beserta pentilnya yang pink kecoklatan itu pun masuk dalam mulutnya. Dilahapnya ujung toket dan pentilku dengan bernafsu. Di dalam mulutnya pentilku dikulum dan dimainkan dengan lidahku. "Pak.. geli," katakun. Dia tidak perduli. Dia terus mengulum puncak bukit toketku. Pentilku menjadi keras. Kemudian dia kembali melahap puncak bukit toketku sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutnya disedot sekuat-kuatnya. Sementara toket sebelah kanannya diremas sekuat-kuatnya dengan tangannya. Hal tersebut dilakukannya secara bergantian antara toket kiri dan toket kananku. k ontolnya semakin menekan dan menggesek pahaku. Aku semakin menggelinjang dengan hebatnya. "Pak... ngilu.. hihhh.. nakal sekali tangan dan mulut bapak.. Auw! Sssh.. ngilu," rintihku. Rintihanku itu justru semakin mengipasi api nafsunya
sehingga semakin berkobar-kobar. Semakin ganas dia mengisap dan meremas toketku.

Akhirnya pak Ardi tidak sabar lagi. Dilepasnya toketku dari gelutan mulut dan tangannya. Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing k ontolnya untuk mencari liang n onokku. Diputarnya kepala k ontolnya di kelebatan jembut di sekitar bibir n onok ku. Jembutku bagaikan menggelitiki kepala k ontolnya. "Pak.. masukkan seluruhnya pak". Aku meraih batang k ontolnya yang sudah amat tegang. Paha ku buka agak lebar. "Edan.. k ontol bapak besar dan keras sekali, pak..," kataku sambil mengarahkan kepala k ontolnya ke lobang n onokku. Sesaat kemudian kepala k ontolnya menyentuh bibir n onokku yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan dan sambil digetarkan, k ontol ditekankannya masuk ke liang n onokku. Kini seluruh kepala k ontolnya pun terbenam di dalam n onokku. Dia menghentikan gerak masuk k ontolnya. "Pak.. teruskan masuk, pak.. Sssh.. enak.. jangan berhenti sampai situ saja..," aku protes atas tindakannya. Namun dia tidak perduli. Dibiarkan k ontolnya hanya masuk ke lobang n onokku hanya sebatas kepalanya saja, namun k ontolnya digetarkan dengan amplituda kecil. Bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leherku, lengan tanganku, dan ketiakku yang bersih dari bulu. Aku menggelinjang dengan tidak karuan. "Sssh.. enak.. geli, pak. Terus masuk, pak.." Bibirnya mengulum lenganku dengan kuat. Sementara gerakan dikonsentrasikan pada pinggulnya. Dan.. satu.. dua.. tiga! k ontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam n onokku dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. k ontolnya bagaikan diplirit oleh bibir dan lobang n onokku yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! "Auwww!" pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan k ontolnya tertanam seluruhnya di dalam n onokku tanpa bergerak sedikit pun. "Sakit pak.. Bapak nakal sekali" kata ku sambil meremas punggungnya dengan keras. Dia pun mulai menggerakkan k ontolnya keluar-masuk n onok ku. Seluruh k ontolnya yang masuk terasa dipijit
dinding lobang n onokku dengan agak kuatnya. "Bagaimana Nes, masih sakit?" tanyanya. "Sssh..enak sekali. k ontol bapak besar dan panjang sekali.. sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang n onok Ines..," jawabku. Dia terus memompa n onokku dengan k ontolnya perlahan-lahan. Toket ku ikut terpilin oleh dadanya akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilku yang sudah mengeras mengilik dadanya yang bidang. Setiap kali menusuk masuk kepala k ontolnya
menyentuh bagian terdalam dari n onokku. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki n onokku sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat. Kemudian dia mengambil kedua kakiku dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar k ontolnya tidak tercabut dari lobang n onokku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis kiri didekatkan ke wajahnya. Sambil terus mengocok n onokku perlahan dengan k ontolnya, betis kiriku diciumi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanan yang diciumi, sementara betis kiri ditumpangkan ke atas bahunya. Hal tersebut dilakukan beberapa kali secara
bergantian, sambil mempertahankan gerakan maju-mundur k ontolnya perlahannya di n onok ku. Setelah puas dengan cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah toketku. Masih dengan kocokan k ontol perlahan di n onokku, tangannya meremas toketku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir perlahan. Pentilku semakin mengeras. Aku pun merintih keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. "Ah.. pak, gelii.. Tobat.. Ngilu pak. Sssh.. terus pak, terus. Edan...k ontol bapak membuat n onok Ines terasa enak sekali… Nanti pejunya jangan dingecretkan di luar n onok Ines ya pak. Ngecret di dalam saja..Ines sedang tidak subur…” Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar k ontolnya di n onokku. "Ah-ah-ah.. benar, pak. benar.. yang cepat.. Terus pak,
terus.." Dia bagaikan diberi spirit oleh rintihanku. Dia meningkatkan kecepatan keluar-masuk k ontolnya di n onokku. Terus dan terus.Aku menjadi merem-melek. Begitu juga dirinya, matanya pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa. "Sssh.. sssh.. Nes..enak sekali.. n onokmu." "Ya pak, Ines juga merasa enak sekali.. terusss.. pak, terusss.." Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk k ontolnya di n onokku. "Pak.. edan pak, sssh..terus...
Ines hampir nyampe nih pak.. sedikit lagi.. kita nyamper sama-sama ya pak..," akui mengoceh tanpa kendali. Dia mengayuh terus. Dia belum merasa mau ngecret. Sepertinya dia mau membuat aku nyampe duluan. "Paak..," rintih ku. Aku memegang kedua lengannya. "Pak.. ah-ah.. Enak pak, Mau nyampe pak..ah-ah.. sekarang ke-ke.." k ontolnya dijepit oleh dinding n onok ku dengan sangat kuatnya. Terasa ada cairan yang menyembur keluar dari n onokku dengan cukup deras. Aku meremas lengannya dengan sangat kuatnya dan berteriak tanpa kendali : "..keluarrr..!" Mata ku
membeliak-beliak. Sekejap tubuh ku mengejang. Dia pun menghentikan genjotannya. k ontolnya yang tegang luar biasa dibiarkan diam tertanam dalam n onok ku. Aku kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak kenikmatanku. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan ku pada lengannyau perlahan mengendur. Kelopak mataku pun membuka, memandangi wajahnya. Jepitan dinding n onokku pada k ontolnya berangsur melemah. walaupun k ontolnya masih tegang dan keras. Kedua kaki kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka.
Dia kembali menindih tubuh telanjang ku dengan mempertahankan agar k ontolnya yang tertanam di dalam n onokku tidak tercabut. "Pak.. bapak luar biasa.. bapak membawa Ines ke langit ke tujuh", kata ku dengan mimik wajah penuh kepuasan. Dia tampaknya senang mendengar pengakuan ku itu. "Pak… bapak seperti yang Ines bayangkan. Jantan.. perkasa.. dan bapak berhasil membawa Ines ke puncak. Luar biasa nikmatnya.."

Pak Ardi saat ini baru setengah perjalanan saat aku sudah nyampe. k ontolnya masih tegang di dalam n onokku. kontolnya masih besar dan keras. Dia kembali mendekap tubuhku. k ontolnya mulai bergerak keluar-masuk lagi di n onokku, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding nonok ku secara berargsur-angsur mulai meremas k ontolnya. Sekarang gerakan kontolnya lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh n onok ku beberapa saat yang lalu. "Ahhh.. pak.. bapak langsung mulai lagi.. Sekarang giliran bapak..ngecretkan peju bapak ke dinding n onok Ines..Sssh..," aku mulai mendesis lagi. Bibirnya mulai
memagut bibir ku dan dilumatnya dengan gemas. Tangan kirinya menyangga berat badannya, tangan kanannya meremas toket ku serta memijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur k ontolnya di n onokku. "Sssh.... enak pak. Terus..," desisku saat bibirku lepas dari bibirnya. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora napsunya. Sambil kembali melumat bibir ku dengan kuatnya, dia mempercepat genjotan k ontolnya di n onokku. Pengaruh adanya cairan di dalam nonok ku, keluar-masuknya k ontol pun diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret.." Aku tidak
hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan, "Pak..aah". k ontolnya semakin tegang. Dilepaskannya tangan kanannya dari toketku. Kedua tangannya kini dari ketiak ku menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Akupun memeluk punggungnya dan mengusapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya k ontolnya ke dalam n onok ku sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, k ontol dihunjamkan keras-keras agar menusuk n onok ku sedalam-dalamnya. k ontolnya diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding n onok ku
Sampai di langkah terdalam, mataku membeliak sambil mengeluarkan seruan tertahan, "Ak..!" Pangkal pahanya bagaikan menampar pangkal pahaku sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar n onok, k ontol dijaga agar kepalanyatetap tertanam di lobang n onokku. Remasan dinding n onok pada batang k ontolnya pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir n onokku yang mengulum batang k ontolnya pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada
gerak keluar ini aku mendesah, "Hhh.." Dia terus menggenjot n onok ku dengan gerakan cepat dan menghentak. Aku meremas punggungnya kuat-kuat di saat k ontol dihunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang n onokku. Beradunya pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara k ontolnya dan n onok ku menimbulkan bunyi srottt-srrrt.. srottt-srrrt.. srottt-srrrtt.. Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh lenguhanku : "Ak! Uhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.." k ontolnya
kuempot dengan n onokku. Ini membuatnya tidak kuasa menahan pekikan kecil: "Nes.. edan.. Enak sekali .. n onokmu enak sekali.. n onokmu hangat sekali.. edan.. jepitan n onokmu enak sekali.." "Pak.. terus pak.." rintih ku, "Ines juga enak pak.. Ak! Ak! Ak! Hhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.." Dia pun mengocokkan mengocokkan kontolnya ke nonokku dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontolnya berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. "Nes.. aku.." Karena menahan rasa nikmat yang luar biasa dia tidak
mampu menyelesaikan ucapannya yang memang sudah terbata-bata itu. "Pak! Ines mau keluar lagi..Ines ke-ke-ke.." Tiba-tiba k ontolnya mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Dia tidak mampu lagi menahan lebih lama lagi. Pada saat itu juga tiba-tiba dinding n onok ku mencekik kuat sekali sehingga dia tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam k ontolnya. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala k ontolnya disemprot cairan n onok ku, bersamaan dengan pekikan ku, "..keluarrrr..!" Tubuh ku mengejang dan mataku membeliak. "Nes..!" dia melenguh keras-keras
sambil merengkuh tubuh ku sekuat-kuatnya Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku. Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crott! Croat! Pejunya bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding n onok ku yang terdalam. k ontolnya yang terbenam semua di dalam n onok ku terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat lamanya kita terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Dia menghabiskan sisa peju dalam k ontolnya. Cret! Cret! Cret! k ontolnya mengecretkan lagi peju yang
masih tersisa ke dalam n onok ku. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan tubuh kami pun mengendur kembali. Dia kemudian menciumi leherku dengan lembutnya, sementara aku mengusap punggungnya dan mengelus rambutnya. Aku merasa puas sekali. "Pak.. terima kasih pak. Puas sekali Ines. Indah sekali.. sungguh.. enak sekali," kata ku lirih.
HOME

1 komentar: